Senin, 31 Agustus 2009

Si Mata Polos - di Puncak Gunung

Terpencil di sudut permadani menghampar...
di sela kelokan panjang bak ular membentang yg terlupakan.....
di bawah rimbunnya pepohonan yg masih pertahankan kehormatannya utk tegak...
pandanganku yg membungkam mata hatiku.....
menenggelamkan asaku menelusuri nafas-nafas manusiawi........


Tawa renyah meriuhkan ruang alam....
tatapan tanpa beban tebarkan senyuman.....
menyiram ruang, harumkan bumi.....
setitik cita yg tertahan.....
terhimpit tak terperikan
tak pernah terhiraukan olehnya...
tatapan yg tetap apa adanya.....
tanpa pernah perduli hari esok menghentikan tawanya....
atau memang tak ingin perduli....
karena kecerahan hari ini yg masih sempat menjadi miliknya...
mungkin esok bukan untuknya...

nyinyir hati penuh pilu
mengoyak dada yg semakin sesak

wahai jiwa-jiwa polos...
andai kau tahu
kebahagiaanmu mungkin memang untuk hari ini
tak sanggup ku memberitakan pada kalian...

tapi kalian terus tersenyum
seolah memintaku untuk bermunafik
setetes kemilau itu tak mampu menahannya..
menelusuri sudut mata yg tenggelam dalam lamunan

hanya sanggup kuberitakan pada Yang Kuasa
di dalam permohonan yg tak bersuara
Engkau pasti telah mendengarnya
berikan tetesan telaga madu untuk mereka
karena mereka berhak menikmatinya

jangan biarkan tangan kotor menjamahnya
karena dadaku semakin tak sanggup merengkuhnya
dalam penderitaan yg berkepanjangan....

Yang Berkuasa di bumi....
telah Kau beri amanah-Mu
telah lupa jalan yg seharusnya mereka lewati...
semua sudah berubah....
ngilu hatiku dalam tangis yg tak pernah bersuarakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar