Senin, 31 Agustus 2009

Kaburnya Sebuah Asa

Redup merayu semu
letih di geram hendak gemeretak
lunglau mendera tulang pemberontak
teriak di kekosongan jiwa luka

SENYUM BUNDA

aku tahu engkau menahan senyummu di antara bebanmu
meski segenap tenaga engkau berikan di hadapanku
aku masih merasakan keresahan yg terhembus
lepaskanlah, ibu......
meski harus kau tumpahkan di bahuku....
dan engkau tahu bahuku pun tak sanggup memikulnya
biarlah, bunda......!


Si Mata Polos - di Puncak Gunung

Terpencil di sudut permadani menghampar...
di sela kelokan panjang bak ular membentang yg terlupakan.....
di bawah rimbunnya pepohonan yg masih pertahankan kehormatannya utk tegak...
pandanganku yg membungkam mata hatiku.....
menenggelamkan asaku menelusuri nafas-nafas manusiawi........


Jumat, 14 Agustus 2009

Hari Kemerdekaan RI ke-64

Merdeka!!! adalah pekik kemerdekaan yg sudah terlalu sering diteriakkan bahkan bisa menjadi jargon di kalangan para aktivis. Memang, merdeka yang mereka harapkan, merdeka yang mereka inginkan, merdeka yang mereka dambakan tidak sekedar mendapatkan pengakuan kedaulan sebuah Negeri dari Negeri lain. Tidak sekedar terbebas dari penjajah secara fisik, kekerasan tetapi merdeka untuk mendapatkan pendidikan secara layak, bebas berekspresi, mendapatkan penghidupan yang nyaman dan kesejahteraan untuk tinggal di NEgeri yang sudah dinyatakan "Merdeka".

Kamis, 13 Agustus 2009

KESALAHAN MASA LALU

 
Aku Gelisah....
aku resah....
aku menyesal.......
aku menipu diri.........
aku melakukan kesalahan
 
aku sekarang trauma....
andai aku amnesia..........
aku tak akan merasakan penyesalan itu...
aku telah melanggar janjiku....
 
biiarkan aku melangkah lagi ....
tanpa perduli.......
biarkan aku melihat diriku sendiri....
aku tak akan pernah menangisinya
 
karena itu tak berguna
itu adalah kesalahan masa lalu
masa lalu yg terus membekas....
 
maafkan, wahai jiwa...
diamlah dalam kedamaian...
meski kelak semua akan menjadi berita juga.....
 


Minggu, 09 Agustus 2009

Selamat Jalan, wahai jiwa Seniman!


Tidurlah wahai jiwa yang tenang
Jiwa ragamu tlah meninggalkan hiruk pikuk kemunafikan jaman
Tapi mereka tetap menyimpan dalam lembaran memori yg terindah
Demi menjaga kesahajaanmu sepanjang jaman
Untuk memberikan tauladan pada diri mereka sendiri ataupun generasimu

Untukmu, Kawan!


Sarapan pagi……..
Membahana keriuhan warta audio visual
Sepasang mata dan telinga menangkap
Prosesor tercanggih memproses informasi berkeliaran
Mencari kamus memaknai cerita
Menterjemahkan dan akhirnya keluar menjadi analisa
Kerut wajah meresponnya seketika
Tanpa menunggu ruang perut turut menuntut sang pemilik
Tapi otak keburu buntu akan kebutuhannya
Langkahkah kaki menantang sinar mentari yang semakin terik

Jangan Hanya Jadi Penggemar

Kawan, janganlah kau menghina
Jika ternyata kau benar2 msh menyimpan idealisme yg tertinggi
Hargailah perbedaan!
Peresapan angan2 yang membayangi salama ini mencoba kau implemantasikan dalam kehidupanmu,
ataukah bentuk dari pemberontakan diri?
Jika kamu masih memprotes apa yg mereka lakukan,
Itu adalah bentuk penghakiman tanpa kau beritahu apa yg sebaiknya mereka lakukan
Ataukah hanya bentuk dari ungkapan dari kecemburuan yg mendekam dalam jiwamu
Ataukah kau tidak menyetujui adanya perbedaan?