Hhhhhh......!! Tiba-tiba aku menghembuskan nafas dengan sangat perlahan. Begitulah responku ketika mendengar cerita para perempuan desa tersebut menuturkan tentang pengalaman yang paling menyedihkan dan paling menggembirakan bagi mereka. Seolah seperti mendapat limpahan kasih sayang besar, ketika mereka diminta menceritakan kisah hidup mereka.
Hik, setetes air mata ini memaksaku untuk keluar dari sudut mataku. Ah, janganlah! paksaku sembari mengalihkan perhatian. Aduh, kok bikin hatiku sedih sih? Bisikku dalam hati. Ternyata aku masih suka emosional jika mendengar cerita sedih. Padahal aku juga sering menganggap itu terlalu didramatisir. Aku ingin menjadi seorang perempuan yang tegar dan kuat. Aku ingin menjadi seorang perempuan yang ceria walau apapun yang terjadi. Aku juga tidak ingin menjadi seorang perempuan yang "cengeng". Begitu kata-kata yang memaksaku agar tidak menitikkan air mata.
Tetapi bagaimana aku tidak sedih mendengar cerita riil yang mereka alami memang menyedihkan? Kalau itu sekedar cerita sinetron, mungkin pantang bagiku untuk menangis. Tetapi ini adalah fakta yang mereka alami.
"Perempuan", identik dengan kesedihan? Identik dengan sifat penurut? identik dengan sifat yang lemah lembut? Dan selalu menjadi obyek kekerasan fisik, psikologi dan ekonomi? Serta menjadi korban pasar? Kenapa menyedihkan? Tetapi, inilah yang benar-benar terjadi pada diri mereka. Para perempuan desa.
Waktu terus berjalan dan berjalan. Jaman pun turut berkontribusi dalam merubah perilaku dan pola pikir para perempuan desa di era sekarang ini.
Seorang ibu dari Kabupaten Kediri. Sambil sesenggukan dia menceritakan bagaimana dia berjuang keras agar anak perempuannya bisa memperoleh pendidikan dan tidak mengikuti jejaknya yang tidak bisa memperoleh pendidikan tinggi. Di tengah perjalanan perjuangannya menyekolahkan anaknya yang menjadi tumpuan harapan di masa mendatang, ternyata Tuhan berkehendak lain. Pada suatu ketika Yang Kuasa telah memanggilnya, sebuah kecelakaan menimpa anak perempuannya tersebut. Sehingga pupus sudah harapan yang menjadi cita-citanya. Kini dia telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang masih berumur 6 bulan.Tanpa berputus asa, dirintisnya kembali cita-cita dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Ah ibu, kasih sayangnya memang sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar