Rabu, 29 September 2010

Plesiran Ala DPR

"Siapa mau plesiran?", jika satu pertanyaan ini diajukan kepada teman-teman, bisa ditebak pasti jawabannya mau. Bagaimana dengan pertanyaan, "Siapa yang mau plesiran ke Luar Negeri?". Jangankan orang lain, sudah pasti aku juga mau. Terlebih lagi jika plesiran yang konon sudah dianggarkan oleh Negara jauh-jauh hari sebelumnya. Wuiiiii.....!!!! Sayang, kan. Jika tidak dimanfaatkan? Apalagi sudah memang sudah dianggarkan. Jangan sampai anggaran tersebut tidak dikeluarkan, alias dipakai. Bisa Mubadzir kalau harus kembalikan. Itung-itung bisa dimanfaatkan untuk plesiran gratis, kan?! Apalagi ke Luar Negeri. Persoalan, tugas dan pelaporan, itu sih bisa diatur.
Angan-anganku langsung tertuju kepada sejumlah anggota Dewan yang membawa memakai pakaian kebesaran pergi bersama staf pribadinya (mungkin), menghadiri sebuah rapat di sebuah gedung mewah yang terletak jauh dari Negeri dan terlibat pembicaraan yang sangat serius membahas tentang maksud dan tujuan sebuah kunjungan. Berharap pulang dengan membawa sebuah wacana dan wawasan baru demi memperbaiki sistem ketatanegaraan yang sudah berjalan di Negeri tercinta. Perubahan yang lebih baik untuk Negeri ini. Wah, tugas mulia. Semoga Beliau-beliau dapat menjalankan tugasnya. 
Akan tetapi semua bayangan itu sirna. Semua yang tertinggal di benakku adalah pertanyaan-pertanyaan yang entah kapan dapat terjawab? Pukul 2 dini hari sebuah stasiun televisi milik MetroTv dengan acara MATA NAJWA, benar-benar membuka sebuah fakta yang menurutku sudah bukan menjadi rahasia umum. Sementara ini, semua cerita itu masih aku anggap sebagai cerita abu-abu, antara benar dan tidak. Kalaupun ada benarnya, masak iya semua melakukan hal itu? Tapi, kini aku benar-benar prihatin. Fakta yang lebih mencengangkan. 
Narasumber adalah mantan seorang staf Anggota Dewan yang disembunyikan identitasnya. Menceritakan secara gamblang, bagaimana para anggota Dewan itu dengan tidak merasa bersalah sama sekali memanfaatkan dana "Study Banding" ke Luar Negeri hanya untuk plesiran semata. Cerita yang memalukan adalah ketika Beliau-beliau ini disambut di Negara tujuan dan ditanya maksud dan tujuan daripada kunjungan tersebut apa? Yang pertama adalah mereka memang tidak menguasai bahasa, kedua mereka tidak menguasai materi. Semua diserahkan kepada Staff ahlinya. Ditambah lagi, di antara mereka ternyata ada yang tertidur di tengah proses rapat malah. Masih menurut cerita sang Narasumber, sebenarnya informasi yang diinginkan oleh anggota Dewan bisa dicari lewat internet atau cukup meminta bantuan dari KBRI yang bertempat di Negara tujuan. Wah, teringat komentar orang tentang hasil kunjungan mbak Vena Melinda ke Luar Negeri. Ouuuuuuu..... 
Kini, terjawab sudah pertanyaanku, mengapa Anggota Dewan lebih membutuhkan penambahan staff ahli? Pemilihan sarana transportasi seperti pesawat kelas ekonomi  apakah akan lebih menghemat biaya? Tidak, tentu saja. Justru akan memperbanyak sisa anggaran untuk dimanfaatkan dalam berbelanja dan pemuasan nafsu pribadi semata. Jumlah anggaran yang sudah ditetapkan harus dikeluarkan. Itulah prinsipnya. Jangan disisakan. Sekali lagi mubadzir donk.
Narasumber kedua adalah mantan anggota Panitia Penganggaran  yang telah menjadi direktur sebuah LSM yang fokus mengamati anggaran Negara. Beliau menceritakan bahwa hal tersebut sudah menjadi rutinitas yang berulang-ulang terjadi di DPR. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak era kepemimpinan Reformasi hingga sekarang ini. 
Mengenaskan!!!!!! Dimana nurani itu???????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar