Tanggal 22 Desember adalah hari Ibu. Tidak ada sesuatupun yang spesial yang kupersiapkan demi memberikan hadiah buat emakku. Maklum, Apapun hari-hari yang kami lewati semenjak kecil tidaklah istimewa, kecuali hari-hari perayaan Islam. Semasa kecil, tidak terbersit dalam benakku akan seperti apa kehidupanku ketika dewasa bersama-sama saudara-saudaraku. Apakah kami masing-masing memiliki keluarga kecil dan tinggal terpisah dengan orang tua kami, apakah kami berkumpul dengan orang tua dan tinggal di dalam rumah yang cukup besar peninggalan dari embah kami, ataukah akan seperti apa?
Emak, aku tidak bisa meraba apa yang terpikir di dalam kepala emakku untuk anak-anaknya. Yang jelas, Beliaulah orang pertama kali yang mendukung setiap langkah dan keputusan yang kuambil sejak kecil. Walaupun seringkali dengan rasa bimbang dan pesimis. Namun kegigihan emakku untuk tetap konsisten mendukungku, membuatku tetap survive di dalam mengarungi kehidupan yang kejam bagaikan ombak di lautan yang terus menerjang. Di saat banyak orang masih berpikiran konservatif, justru emakku mulai memberikan kebebasan untukku memilih jalan hidup, walaupun aku seorang perempuan. Itulah suatu anugerah terindah yang pernah emak berikan kepadaku.
Emak, tak terasa kini waktu mengantarkanku pada kedewasaan. Apa yang telah kuberikan kepadamu? Aku hanya bisa meringankan beban yang hingga sekarang bergelayut di pundakmu. Kesabaranmu untuk tetap merawat Bapak di pembaringan, berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga, meskipun kakak tertua pun tak dapat membantumu. Namun, tetap kau berikan senyum harapan kepadaku. Sungkemku setiap kali tiba dirumah, kau sambut dengan cium pipi kiri dan kanan selalu mengalirkan energi semangat kembali untuk melangkah melanjutkan perjalanan hidup.
Terima kasih emak, sudah kau berikan hak-hakku sebagai anakmu. Anakmu tidak ingin menuntut apapun. Maafkan jika anakmu belum bisa memenuhi keinginan emak.
Dalam dirimu adalah sosok perempuan perkasa yang tak akan pernah mengenal kata menyerah. Dengan kelembutanmu, kau berikan kasih sayang kepada anak-anakmu meski penuh dengan kekurangan. Dengan ketegaran jiwamu kau tetap menjalani kehidupan yang seringkali tak memberikan kelimpahan materi, bahkan berkekurangan. Dengan kesederhanaanmu kau teladankan pada kami untuk mensyukuri segala rejeki. Inilah kehidupan hakiki..... meski seringkali cobaan hidup datang bertubi-tubi, kau tetap menyuguhkan wajah ketegaranmu. I love U, Mom!
Pada peringatan Hari Ibu kali ini aku sengaja mengutip tulisan status Facebook milik Ibu Eva Kusuma Sundari selaku anggota DPR RI seperti ini :
peringatan hari ibu msh karikatif. dicium kaki, dikasih bunga, dipuja krn kuat menderita dst. harusnya tiap 22 des dibuat resolusi unt scr tulus n serius mengurangi socially constructed discrimination: mengurangi beban ganda-gak ngurus laundry kek, memberi hak leisure-personal room, menjadi dirinya (tanpa embel2 ibunya... polan, istrinya amin dst). atau, mulai memberlakukannya ke ibu anak2 kita. siapa ndaftar?
hihihihihi....aku ikut tersenyum bacanya.
Selamat Hari Ibu, emak! Do'amu senantiasa kunantikan sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar