Sahabatku, aku merindukanmu. Kamulah sahabatku yang sampai saat sekarang ini tetap kusayang dan selamanya akan selalu kurindukan. Aku bahagia melihatmu sekarang ini sudah hidup bahagia bersama orang-orang yang kamu cintai. Jangan menilai hidupku tak bahagia, kawan. Mungkin jalan hidup yang kita tempuh sedikit berbeda. Tapi tak perlu kamu khawatirkan tentang imanku, karena itu adalah harta bendaku yang paling berharga. Aku akan menjaganya dengan segenap jiwa ragaku. Aku telah memilih sebuah jalan yang sulit aku jelaskan kepadamu. Ini adalah pilihanku, sahabatku. Sebenarnya pilihanku cukup sederhana.
Seandainya kelak kamu membaca tulisanku ini, coba kamu cermati sebuah kutipan ini, "Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna" oleh Einstein. Kutipan itu juga aku tulis di judul blogku yang bisa kamu lihat di atas. Tentunya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar kan?
Seandainya kelak kamu membaca tulisanku ini, coba kamu cermati sebuah kutipan ini, "Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna" oleh Einstein. Kutipan itu juga aku tulis di judul blogku yang bisa kamu lihat di atas. Tentunya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar kan?
Aku tetap menjadi sahabatmu yang seperti dulu. Mungkin karena aku telah banyak ditempa oleh kehidupan yang membuatku harus merenungi apa yang aku cari selama ini. Aku tetap bisa meyakinkanmu bahwa aku tetaplah sahabatmu seperti dulu.
Merindukanmu, rasanya aku tak akan pernah rela untuk menghilangkan kenangan saat bersama kita mencoba menggagas ide-ide, berdiskusi dan bertukar pikiran demi kemajuan dan kemaslahatan remaja putri di kampung kita yang tergabung dalam sebuah organisasi keislaman. Ya, di bawah payung organisasi Islam terbesar di Negeri ini, Nahdlatul Ulama (NU) Jam'iyah itu terbentuk dan tetap menunjukkan eksistensinya hingga sekarang ini, "ROUDLOTUN NASYI'AT". Bicara soal "eksistensi" ini mengingatkanku pada salah seorang ustad kita yang imut. hehehe.... siapa yang tidak kenal dengan Bapak Nur Hadi. Salah seorang santri dari Ponpes Ma'unah Sari, yang asli dari Kota Salatiga Jawa Tengah.
Merindukanmu, rasanya aku tak akan pernah rela untuk menghilangkan kenangan saat bersama kita mencoba menggagas ide-ide, berdiskusi dan bertukar pikiran demi kemajuan dan kemaslahatan remaja putri di kampung kita yang tergabung dalam sebuah organisasi keislaman. Ya, di bawah payung organisasi Islam terbesar di Negeri ini, Nahdlatul Ulama (NU) Jam'iyah itu terbentuk dan tetap menunjukkan eksistensinya hingga sekarang ini, "ROUDLOTUN NASYI'AT". Bicara soal "eksistensi" ini mengingatkanku pada salah seorang ustad kita yang imut. hehehe.... siapa yang tidak kenal dengan Bapak Nur Hadi. Salah seorang santri dari Ponpes Ma'unah Sari, yang asli dari Kota Salatiga Jawa Tengah.
Dari hasil diskusi dan mencoba menggali ide serta gagasan inilah, akhirnya lahirlah sebuah buletin yang kemudian kita sepakat untuk memberikan nama "RounA", Buletin Remaja Roudlotun Nasyi'at Banjarmlati. Kita mengetahui bahwa teman-teman kita memiliki intelektual yang tak kalah dengan para remaja di luar sana. Dari sanalah kita mencoba menggali potensi dan bakat menulis mereka.
Masih ingatkah bagaimana perjuangan kita untuk mewujudkan dan menerbitkan buletin kita di edisi perdana? Bagaimana proses mengumpulkan dan menarik minat teman-teman supaya mau menulis puisi, cerpen atau apapun. Kita mencoba menjadikan buletin ini sebuah media dakwah kita untuk kalangan lokal? Ternyata memang tidak mudah untuk menciptakan kegemaran senang menulis dan senang membaca. Meskipun, jika dilihat dari tingkat pendidikan dan wawasan mereka sudah cukup luas.
Namun dengan sedikit keahlian dalam mengoperasikan komputer dan usaha kita bersama yang cukup luar biasa, terbitlah buletin kita pada edisi perdana. Meskipun dari segi isi buletin, kita terpaksa mengutip cerita dari majalah Islami. Namun tidak mengurangi nilai pesan moral religi yang tersirat.
Impian kita, buletin ini bisa terbit reguler setiap bulan. Alhamdulillah kita bisa mewujudkan hingga pada edisi ketiga. Kita juga berharap, pada generasi selanjutnya buletin ini tetap ada. Akan tetapi entahlah, hingga aku menerbitkan tulisan ini aku tidak lagi mengetahui perkembangannya.
Inilah beberap buletin yang masih sempat aku dokumentasikan. SEMANGAT untuk kalian semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar